Minggu, 23 November 2014

Benarkah dibolehkan pacaran, asal mencintai karena Allah?

Soal: Apa yang dimaksud dengan mencintai karena Allah, kalo mencintai karena Allah dibolehkan, berarti apa benar kita dibolehkan pacaran asal niatnya karena Allah?

Jawab:

Pertama. Memang benar orang yang berpacaran diistilahkan dan difahami sebagai dua orang berlainan jenis kelamin yang saling mencintai. Namun makna cinta tidak saja dimaknai "pacaran ansich", tentu masih banyak makna cinta yang lainnya. Seorang ayah mencintai anaknya, seorang tetangga mencintai tetangganya, seorang kakak mencintai adiknya, induk ternak mencintai anak-anaknya, seorang kawan mencintai sahabatnya, dan masih banyak praktik -praktik yang mewakili makna 'cinta'.

Kedua. Pengertian "karena Allah, berarti semua hal itu dilakukan dengan alsan Allah. Melakukan sesuatu karena Allah, berarti harus meninggalkan alasan atau sebab yang lain selain Allah.


Sehingga pengertian 'mencintai karena Allah' tidak sama dengan 'pacaran karena Allah'. Mengapa? Karrena perbuatan pacaran yang kita mengerti sebagai kegiatan hubungan yang berlebihan antara dua orang yang bukan mahramnya adalah dilarang oleh Allah. Bagaimana mungkin sesuatu yang dilarang Allah, kemudian bisa dikatakan sebagai "mencintai karena Allah".

Karena itu, pengertian yang tepat "Mencintai Karena Allah" adalah melakukan hubungan kasih sayang dan cinta kasih yang dibenarkan dan diperintahkan oleh Allah, baik statusnya, caranya, maupun praktiknya. Boleh bersentuhan hanya sebatas mahramnya. Boleh berhubungan yang lebih, apabila sudah sah menjadi istri/suaminya. Dan bahkan mencintai itu disuruh oleh Allah bahkan harus saling mencintai, namun mencintai dalam batas-batas yang dibolehkan Allah. 

Kakak harus mencintai adiknya dan sebaliknya, bertetangga harus saling mencintai...tetapi mencintai dengan cara-cara yang dibolehkan oleh Allah.

Jadi perlu kita ketahui, kalau seandainya seseorang itu benar-benar cintanya karena Allah, maka pasti ia akan berusaha berjalan sesuai dengan syari’at agama Allah, dan tidak akan melanggar ketentuan-ketentuan dan larangan-larangan dari Allah. 

Bagaimana mungkin mencintai Allah, tetapi melanggar aturannya Allah. Bagaimana mungkin mencinta karena Allah lalu memilih pacaran sebagai wadah melampiaskan cintanya, sementara itu dilarang. Jadi tidak cukup niatnya karena Allah, tetapi praktiknya juga harus sesuai aturan Allah. Mari kita sadari bahwa mengikuti aturan Allah itu indah. Dan kita yakini bahwa semakin jauh perilaku kita dari Allah adalah akan menjauhkan kita dari kenikmatan hidup, di dunia maupun akherat. Wallahu A'lam. (Jul)

Tidak ada komentar: