Minggu, 30 Oktober 2011

Ayah-Ibu Bukan Malaikat

Ketahuilah, menjadi ayah/Ibu; sebagai orang tua yang terbaik untuk anak-anak bukanlah berarti kita diharapkan menjadi orang tua "malaikat" yang tak boleh kecewa, sedih, capek, pusing menghadapai anak-anak.
Perasaan negatif terhadap anak seperti itu adalah wajar, bagaimana menyalurkannya agar tak sampai menyakiti anak... itulah sebaiknya yang harus kita lakukan.
Menyakiti dengan mencubit, menjewer, memelototi, mengancam dst bukanlah pilihan awal. Kita sadar bhw anak-anak masih beajar, masih berproses, sehingga terkadang salah.
Kitalah yang melatih mereka hingga trampil...
jika kita menghadapi dengan menyakiti..., mereka akan semakin terpuruk ke arah keburukan... jika mereka marah atau menangis, tugas kita untuk mendamaikannya dan menyejukkannnya... yakinlah bahwa sifat negatif anak adalah bagian dari eksplorasi untuk mencari cahaya kehidupan... kitalah sang orang tua yang memandu dan mengarahkan... jangan bosan mengingatkan!!!

Senin, 16 Mei 2011

Meneropong Generasi dengan Unas

Cerita ini saya yakin tidak dapat digeneralisir... Namun saya mencoba memulai dari sisi berita negatif untuk diambil pelajaran bagi pribadi maupun masukan nantinya untuk pengambil kebijakan... sisi positifnya mungkin suatu saat...
Saya coba rangkum sebatas ingatan saya yang terbatas dari berita tidak resmi berdasarkan informasi kerabat, rekan dan sebagainya di seluruh pelosok negeri.
Mendengar dan melihat Ujian Nasional (UN/Unas)kita dapatkan berita beraneka rasa. Mulai dari kekhawatiran, kegelisahan, kecurangan, usaha keras, prestasi; nilai bagus dan nilai buruk dan sebagainya. Bahkan cerita aneh dan keajaiban sering kita temui. Berdasarkan info-info yang semliweran dan mungkin bertanggng jawab atau mungkin tidak bertanggung jawab, maka kita sekali lagi kita dapatkan berbagai rasa berita.

Seorang siswa yg seharusnya asyik belajar, sampai sore malah main layang-layang;
"Besok khan ujian Nak?"
Dengan spontan ia menjawab "Khan sudah ada jawabannya"
Kisah yang lain seorang guru bercerita "Saya heran, waktu lima belas menit saat pelajaran Sains setelah selesai menulis absen peserta saya keliling sambil saya tengok, semua kolom jawaban sudah ditandai"
"Sudah selesai nih?"
"Sudah, tinggal menebalkan aja"
Cerita yang tidak kalah seru adalah seorang yang mengaku sebagai pengawas, "Saya heran beberapa anak peserta Unas, saya perhatikan dari awal sampai akhir tidak pernah membuka soal, tapi saya juga tidak melihat gelagat kecurangan dalam dirinya"
Cerita yang berbeda dari sebuah koran (saya juga sudah lupa, Koran apa?)bahwa kecurangan itu tersusun secara sistematis, mulai dari Dinas yang pejabatnya takut dipindahkan karena gagal Unas di daerahnya. Gugus/Kepala sekolah yang ditekan Dinas-nya. Dan guru yang ditekan oleh Kepala Sekolahnya sehingga masing-masing sekolah ada tim sukses Unas.
Saya tidak bisa mngurutkan cerita ini dengan baik, tapi sekedar seputar Unas yng teringat...
Cerita lain seorang ibu bertanya, "Berangkat sekolah kok pagi-pagi subuh kenapa?"
Kata sang anak "kalo terlambat nanti saya tidak dapat bocoran"

Ma'afff...dilanjutin kapan2 dah...sambil nyari berita2 lain.
Kalo ada di antara Anda yang bisa menambahkan berita yg positif ataupun yg negatif...ditunggu dengan senang hati. We Love Indonesia

Selasa, 26 April 2011

Kegelisahan Warga Bali

KAMPUNG BALI DAN KAMPUNG ISLAM
Posted by Ngakan Blue on 2003-07-03 [ print artikel ini | dilihat 1112 kali ]
Masalah ini sengaja saya jadikan topik tersendiri, dipisahkan dari topik sgb. Karena masalahnya bukan lagi bersifat indvidual mengenai agama dan cinta, logos dan eros. Masalahnya jauh lebih besar, lebih komplek. Bagaimana suatu masyarakat Islam yang berada di tengah mayoritas Hindu selama lebih dari 5 (lima) abad tetap utuh? Bagaimana suatu masyarakat Hindu yang berada di tengah mayoritas Islam, "hanya" dalam 3 (tiga) abad lenyap tanpa bekas?

Abrasi atau erosi macam apa yang menyebabkan hal ini? Dan abrasi/erosi ini sedang melanda umat Hindu di Jawa Tengah, (mungkin juga di daerah lain). Dalam waktu tidak lebih dari 30 tahun prosentase pemeluk Hindu di Jateng bisa turun antara 50 - 70%. Bahkan ada yang 100%. Tahun 70an ada satu kampung di Solo yang bernama Kampung Hindu yang 100% penduduknya beragama Hindu. Sekarang 100% sudah menjadi Kristen.
Erosi atau abarasi ini tampaknya juga melanda Bali. Disamping kampung-kampung Islam tradisional yang penghuni memang berasal dari luar Bali dan beragama Islam, sekarang di Candi Kuning Baturiti ada kampung islam baru yang penghuninya semuanya orang-orang Bali yang baru pindah agama.

Sementara itu orang-orang Bali (Hindu) lebih sibuk ngurusi bhuta kala dari pada membina keyakinannya. Anyway, who are those bhutakalas yang telah begitu menyita perhatian kita?

Kembali ke topik, apa kira-kira sebabnya, kampung-kampung Bali di Jarkarta lenyap tak berbekas, sementara kampung Islam di Bali tetap utuh, malah berkembang? Mari kita diskusikan. Siapa tahu dari diskusi ini ada yang dapat kita sumbangkan untuk mencegah abrasi dan erosi itu. NP. Putra.
Sumber:http://www.iloveblue.com/bali_gaul_funky/artikel_bali/detail/594.htm

Bahagia dengan Ingat Mati

Rahasia Bahagia: Bila Kita Ingat Akan Mati.

Ini saya cuplik dari milis tetangga:
Seorang pria mendatangi Sang Guru, "Guru, saya bosan hidup. Rumah tangga berantakan. Usaha kacau. Saya ingin mati."Sang Guru tersenyum, "Oh, kamu sakit. Dan penyakitmu pasti bisa sembuh.""Tidak Guru, tidak. Saya tidak ingin hidup," tolak pria itu."Baiklah. Ambil racun ini. Minum setengah botol malam ini, sisanya besok sore jam 6. Jam 8 malam kau akan mati dengan tenang.
"Pria itu bingung. Setiap Guru yg ia datangi selalu memberikannya semangat hidup. Tapi yang ini malah menawarkan racun.Sampai di rumah, ia minum setengah botol racun. Ia memutuskan makan malam dengan keluarga di restoran Jepang yang sudah lama tak pernah ia lakukan. Untuk meninggalkan kenangan manis, ia pun bersenda gurau dengan riang. Sebelum tidur, ia mencium istrinya dan berbisik, "Sayang, aku mencintaimu."Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda utk jalan pagi.Pulang ke rumah, istrinya masih tidur. Ia pun membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu untuk istrinya.Istrinya merasa aneh, "Sayang, apa yg terjadi? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku ya?"Di kantor, ia menyapa setiap orang. Stafnya pun bingung, "Hari ini, Boss kita kok aneh ya?" Ia menjadi lebih toleran, apresiatif terhadap pendapat berbeda. Ia mulai menikmatinya.Pulang jam 5 sore, ternyata istrinya menungguinya. Sang istri menciumnya, "Sayang, sekali lagi mohon maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkanmu." Anak-anak pun berani bermanjaan kembali padanya.Tiba-tiba, ia merasa hidup begitu indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan racun yg sudah ia minum?Bergegas ia mendatangi sang Guru, "Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh. Bila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu. Bersyukurlah! Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan, jalan menuju ketenangan.

Sejarah Islam di Bali

Sejarah masuknya Islam di Bali sebenarnya sudah berabad-abad yang lalu. Tengoklah desa-desa muslim yang ada di Bali, seperti Pegayaman (Buleleng), Palasari, Loloan dan Yeh Sumbul (Jembrana) dan Nyuling (Karangasem). Atau, kampung muslim di Kepaon di Badung.Kehidupan di sana tak ubahnya seperti kehidupan di Bali pada umumnya. Yang membedakan hanya tempat ibadah saja. Bahkan di Desa Pegayaman, karena letaknya di pegunungan dan tergolong masih agraris, semua simbol-simbol adat Bali seperti subak, seka, banjar, dipelihara dengan baik. Begitu pula nama-nama anak mereka, Wayan, Nyoman, Nengah, Ketut tetap diberikan sebagai kata depan yang khas Bali.

Penduduk kampung ini konon berasal dari para prajurit Jawa atau kawula asal Sasak dan Bugis beragama Islam yang dibawa oleh para Raja Buleleng, Badung dan Karangasem pada zaman kerajaan Bali.

Orang-orang muslim di Kepaon adalah keturunan para prajurit asal Bugis. Kampung yang mereka tempati sekarang merupakan hadiah raja Pemecutan. Bahkan, hubungan warga muslim Kepaon dengan lingkungan puri (istana) hingga sekarang masih terjalin baik.

Konon, jika diantara warga muslim Kepaon terlibat gesekan-gesekan dengan komunitas lain, Raja Pemecutan turun tangan membela mereka. "Mereka cukup disegani. Bahkan, jika ada masalah-masalah dengan komunitas lain, Raja Pemecutan membelanya," ujar Shobib, aktivis Mesjid An Nur.

Di Denpasar, komunitas muslim juga dapat dijumpai di Kampung Kepaon, Pulau Serangan dan Kampung Jawa. Kampung Kepaon dan Serangan dihuni warga keturunan Bugis.

Konon, nenek moyang mereka adalah para nelayan yang terdampar di Bali. Ketika terjadi perang antara Kerajaan Badung dengan Mengwi, mereka dijadikan prajurit. Setelah mendapat kemenangan, kemudian diberi tanah.

Di Pegayaman, sebagian warga muslim menambahkan nama Bali Wayan, Made, Nyoman dan Ketut pada nama-nama Islam mereka, seperti Wayan Abdullah, misalnya.

Tetapi ini hanya dalam tataran budaya. Untuk idiom-idiom yang menyangkut agama, mereka tidak mau kompromi dan ini membuat mereka tetap hidup.

Keturunan mereka yang menghuni kampung-kampung ini dengan damai, dan tetap menjaga nilai-nilai tradisi keislaman mereka secara utuh.

Keberadan komunitas muslim di Bali, ditandai adanya mesjid di lingkungan kampung mereka. Selain itu, rumah-rumah warga muslim tidak dilengkapi tempat untuk sesaji di depan rumah.

Beberapa kampung itu hanya contoh kecil bagaimana dulu, masyarakat Hindu dan Muslim serta agama lain bisa hidup berdampingan di Pulau Bali.

Orang Bali sendiri secara umum menyebut warga muslim dengan istilah selam. Istilah selam ini sudah sangat umum di Bali untuk menjelaskan tentang umat Islam.

Sama sekali tak ada konotasi negatif, apalagi penghinaan. Justru istilah ini mempertegas kerukunan karena dikaitkan dengan ikatan persaudaraan yang di Bali dikenal dengan istilah manyama-braya. Dalam kaitan manyama-braya ini umat Hindu melahirkan istilah nyama selam (saudara Islam) dan nyama Kristen (saudara Kristen).

Ketika Ramadhan datang, umat Hindu menghormati orang Islam yang berpuasa, dan pada saat berbuka puasa umat Hindu ada yang ngejot (memberikan dengan ikhlas) ketupat.

Apalagi saat Idul Fitri datang. Umat Hindu memberi buah-buahan kepada saudaranya yang muslim, sementara pada saat Galungan, umat Islam memberikan ketupat (minimal anyaman ketupat).
Sumber: http://blog.bukukita.com/users/penabali/?postId=3118

Kamis, 21 April 2011

Saat Sepotong Roti... Membuat Air Mata Menetes

Saya terharu membaca status sahabatku di FB, hari inisehari setelah Hari Kartini 2011...tentang kisah seorang Ibu yang kuat menjaga prinsip dalam keterbatasannya:

Saat Air Mataku Menetes...
oleh Faried Ibnu Ismail pada 21 April 2011 jam 11:45
Saat Air Mataku Menetes...

Pada bulan desember 2010 ketika saya berada di daerah yang di sebut kota kembang (bandung) untuk untuk menemui pemimpin P2JJ bandung, dan saya iseng pergi ke daerah sukajadi - Bandung menggunakan sepeda motor. Setelah berkeliling, terik matahari begitu panas menyengat. Beberapa pori di kening mengeluarkan keringat sebagai tanah bahwa siang itu memang terasa panas sekali.

Waktu mau mencari tempat untuk ber istirahat, saya berhenti sesaat untuk membeli es cendol yang kayanya cocok menjadi minuman di siang hari sebagai pelepas rasa haus.
Sambil duduk di kursi plastik yang disediakan oleh si penjual, saya perhatikan ada dialog seorang Ibu pengemis dengan anaknya.

Ibu pengemis itu memarahai anaknya karena ia memungut sepotong roti yang jatuh dari tangan anak kecil yang lewat. Anak yang lewat itu mungkin sekitar 6 tahunan, dan anak pengemis sekitar 8 tahunan.

Dialognya seperti ini (sebagian saya singkat):


Ibu Pengemis (IP) : Nak..,kenapa kau ambil roti yang bukan hak mu ?( ibu ini sambil menjewer telinga anaknya )

Anak Pengemis (AP) : tidak mak..,saya tidak mengambil punya orang, saya hanya memungut makanan yang dibuang orang.

IP: bagaimana kau tahu itu dibuang ? siapa tahu roti itu hanya terjatuh saja...

AP: tidak mak roti ini dibuang, buktinya ini sepotong lagi sudah dimakannya...,ini kan hanya tinggal sepotong...

IP : tidak nak...,kau tetap mengambil tanpa ijin anak itu. Cepat kau kembalikan pada anak itu...,atau minta ijin dulu kalau mau memakannya...(sambil mengeluarkan air mata anak pengemis itu berlari menghampiri anak kecil yang lewat tadi dan minta ijin untuk memakannya...,

AP : neng permisi...,ini roti neng tadi terjatuh saya hanya ingin mengembalikan roti punya neng....

anak yang Lewat ( AL) : "...????" ( diam sambil matanya melongok ngak ngerti....)

AP : neng...,ini roti neng tadi terjatuh...,atau kalau roti ini sengaja dibuang...,bolehkah saya memakannya?"

AL : ( masih diam dan menganggukkan kepala....)
( ibu dari anak ini juga diam melihat peristiwa ini...,hatinya sangat tersentuh...,dan tak terasa air matapun jatuh ...) akhirnya anak pengemis itu lari kembali ke ibunya sambil berteriak....

AP: emak....emak...alhamdulillah sepotong roti ini sudah diijinkan untuk kita makan mak...,ini roti yang halal...,kita makan bersama yaaa...,emak kan dari semalam gak makan...,emak pasti lapar.....

IP: alhamdulillah nak...,jika ini sudah dijinkan pemiliknya...,roti ini pasti halal untuk kita makan...dan ini adalah rejeki dari Allah untuk kita.

( akhirnya sepotong roti tadi dibagi 2 lagi, dimakan bersama oleh ibu dan anak...)

setelah makan sepotong roti, si ibu pengemis bicara sama anaknya :

IP: nak...,maafkan emak yaa...,tadi emak telah menjewermu. Bukan emak marah atau benci sama kamu, tapi saking emak sangat sayang sama kamu...,emak paling takut jika ada makanan sekecil apapun yang menjadi setetes darah atau secuil daging dari barang yang haram...,dari makanan yang bukan hak kita...,lalu kita makan.

Nak ...,yang sulit itu adalah menjaga di awal...,sebab kalau badanmu sudah dikotori oleh barang yang haram 1x..,2x...,3x...,dan seterusnya, maka engkau akan sangat sulit untuk menjaga diri dari barang - barang haram..., 9 tahun emak melahirkan dan membesarkanmu, selalu ingat amanah almarhum bapakmu yang berpesan pada emak...,agar emak bisa menjaga diri dan jiwamu dari barang haram...,sedikitpun tidak boleh ada yang haram...Emak rela mati menahan lapar...,dari pada harus kenyang dengan barang yang haram !"

( jawaban ibu ini begitu tegas dengan perinsip menjaga diri )

AP: tidak mak...,ade gak benci sama emak...ade gak marah sama emak..., bahkan ade bangga punya emak yang sayang sama adek. Asal...,tolong jangan pernah emak tinggalkan adek yaaaa....

Ade gak punya siapa - siapa...(sambil berangkulan mereka menangis...)

Sebuah fenomena singkat yang menggetarkan hatiku...,dan tak terasa air mataku keluar....

Langit dan awan sepertinya menggelegar...,menyambar setiap hati umat manusia yang mengetahuinya dan melihat pemandangan itu....,

Saya yakin...,rahmat Allah melaui para malaikatnya akan tercurah pada keteguhan iman ibu dan anak pengemis tadi....

Sungguh saya sangat tersentuh...,saya diam sejenak lalu merogoh sedikit uang dan
kuberikan padanya...,saya rengkuhkan badan...dan kucium tangan ibu pengemis tadi
sambil memohon untuk dido'akan :

Saya : Bu...,hati ibu sungguh sangat mulia. Hari ini saya dapat pelajaran yang sangat berharga dari ibu. Tolong do'akan saya, seluruh keluarga saya, dan sahabat - sahabat saya, agar senantiasa diberi kelapangan rejeki dan mampu menunaikan amanah yang dititipkan dengan baik, sehingga digolongkan menjadi hamba-Nya yang sholih....

IP : Aamiin...,

( sambil memeluk dan mencium ubun - ubun saya...)

Ibu do'akan semoga aden, keluarga dan temen - temennya diberi banyak rejeki...Aamiin

( amiin..,ada beberapa tetes air matanya yang menetes di ubun - ubunku, dan terasa nikmat sekali...nikmat sampai saat ini... saya menuliskan cerita ini)

Akhirnya saya pamitan...,dan merasa sangat bahagia ketika dido'akan dengan ikhlas oleh mereka kaum papa..,yang selama ini sering terpinggirkan dan termarginalisasi oleh zaman dan ketatnya persaingan kehidupan.

Kita tidak pernah tahu..., kalau kita mendapatkan rejeki hari ini, esok atau lusa..., mungkin bukan karena do'a - do'a yang terpanjat dari bibir kita... sebab boleh jadi Allah memberi rejeki pada kita...,atas terkabulnya do'a dari bibir mereka kaum yang lemah...kaum dhuafa..yang butuh perhatian dan pertolongan kita....

Sahabat, cobalah untuk membuka mata hati kita untuk melihat di sekeliling kita, sebab di setiap rezeki kita yang kita terima oleh Allah SWTbukanlah mutlak sepenuhnya milik kita…. Ada sebagian rezeki itu mungkin untuk orang…orang dhuafa di sekeliling kita… yang melalui perantara kita lah rejeki mengalir…..semoga apa yang saya alami dapat membuka hati kita…. Untuk berbagi….. (amien..)

(Kisah ini saya dapatkan dari milis pippks-arabsaudi@googlegroups.com yang di posting oleh seorang Akh)

Selasa, 12 April 2011

CINTA PARA TETUA

Guru marah kepada murid terkasih
Itulah bukti sayang dan cinta
Kukenal setelah aku seorang guru

Sang bunda marah kepada ananda terkasih
Itulah bukti khawatir anaknya terancam
Kufahami setelah istriku seorang ibu

Ayahku marah kepadaku
Tanda cinta tiada tara
Kuyakini, dikala diriku seorang ayah

Ketika aku murid…
Ketika aku seorang anak…
Rasa marah dan kecewa…
Jengkel rasa tidak suka…
Aku berteriak….
Guruku membenciku…!
Ibuku membelenggu…!
Ayahku terlalu egois…!

Kasih anak sepanjang galah
Kasih ibu sepanjang jalan
Cinta guru bukan hanya lagu
Sang ayah sayangnya tak terbantah
Satu dari seribu mereka salah
Tiada induk macan menerkam anaknya
Jilatannya adalah sayangnya
Gigitannya adalah kasihnya
Injakannya adalah pelukan eratnya
Tidurnya sentiasa merengkuhnya
Nikmat mana yang kita dustakan
Semua itu kenyataan
Cinta ayah, bunda dan guru suatu keniscayaan
Kasihi mereka dan kita doakan
Semoga Tuhan melimpahkan segala kebaikan

Aston Inn Tuban, Saturday, December 18, 2010
Agus Yuli Elbaliy, Perindu Ayah Bunda

Senin, 11 April 2011

MENCARI SINAR

Ternganga jelas di pelupuk mata
Tercatat tegas di alam angan
Di setiap langkah yang salah
Setiap ucap yang cedera
Setiap hutang yang tak terbayar
Setiap hak orang yang tak tertunaikan
Setiap kewajiban yang terabaikan

Berkali kali aku mencoba bangkit
Berulang ulang berusaha berubah
Terulang kembali setiap salah dan kurang
Tolonglah hambaMu ya Tuhan


Berharap ridhoMu
Aku ingin berlari…
Melangkah di jalan yang benar
Aku ingin tidak kelu…
Berucap kalimat mulia
Aku ingin membayar…
Segala hutang-hutangku
Aku ingin menunaikan
Seluruh hak siapa dan apa saja
Aku ingin cerdas
Menyelesaikan kewajibanku

Aku bertanya tentang diriku
Anak-anakku bertanya tentang ayah
Tetanggaku bertanya orang sebelah rumah
Kawan dan kerabat bertanya saudara tercinta
Negeri ini menunggu peran anak bangsa

Tuhanku mencari hambaNya
Dimanakah aku…?
Siapakah aku…?
Apa peranku…?
Aku terbangun sadar
Ternyata aku memang manusia
Tanpa pertolonganMu
Betapa beratnya hidup ini
Ampuni dosaku
Mudahkan jalanku
Ringankan langkahku
Cegahlah keinginanku untuk kembali di kegelapan
Nyalakan sinarMu

Aston Tuban Bali, Friday, December 17, 2010
Agus Yulianto, Sang Pencari Cahaya