Rabu, 24 September 2014

AYAH

Mendengar kata itu saya langsung tertuju kepada sosok ayah saya yang sudah mulai renta seiring dengan berjalannya usia. namun entah kenapa seringkali lupa bahwa diri ini juga seorang ayah.

Beliau adalah sosok yang sangat bijak, tak banyak nasehat bertele-tele, tetapi begitu bicara selalu bermakna. Sangat arif tatkala memberikan peringatan.

Dalam kondisi terhimpit pun tetap tersenyum. Belum pernah terdengar adanya keluhan dari bibirnya. Walaupun terkadang kami anak-anaknya mengetahui dari ibu. Seorang yang disegani di masayarakat. Begitu ada suara-suara miring dan masalah dengan tetangga, selalu beliau datangi langsung dengan diskusi dan kasih sayang, menjelaskan dengan gamblang apa yang sebenarnya terjadi.

Sepanjang tahun selalu ada proyek yang tak pernah berhenti. Banyak rencana-rencana yang selalu didiskusikan dengan anak-anaknya dengan meminta pertimbangan, meskipun semua keputusan ada di tangan ayah, namun tidak jarang banyak hal yang diambil dari masukan anak-anaknya. Beliau sangat terbuka untuk diberi masukan, bahkan perbaikan untk beliau sendiri, meskipun anak-anaknya seringkali menyampaikannya melalui juru bicara ibu.

Beliau adalah pribadi yang rajin silaturrahim.Anak-anaknya diperkenalkan dengan teman-temannya, dengan saudara-saudara dan kerabat. tak segan mengeluarkan biaya untuk bersilaturrahim. beliau meyakini bahwa kewajiban seorang ayah adalah menyambungkan tali persaudaraan kepada anak-anaknya. hampir tidak ada saudara dekat yang luput dari kunjungannya.

Cara kerjanya tidak ngoyo, pelan tapi pasti. Semua pekerjaan senantiasa dicatat dengan baik seluruh biaya yang dikeluarkan untuk bahan evaluasi. Saat bertani semua biaya obat, bibit, tenaga kerja, perawatan dan seterusnya lengkap tercatat. Dan saat panen beliau berkata "Untung sekian... atau kita rugi sekian..." Tidak takut berinovasi, bahkan seringkali gagal saat mencoba, namun tidak sedikit yang sukses. Di antara kesuksesan yang masih saya ingat adalah tanah tegal yang sukses disulap menjadi sawah, di saat semua areal dis ekitarnya masih ditanami jagung dan ketela, beliau sudah sukses panen padi, padahal tanah tersebut adalah tanah sewa berjangka waktu. Pernah gagal menebar kedelai yang gagal panen karena diserbu tikus, permasalahan kemungkinan karena swah satu2nya yang ditanami kedelai.

Banyak hal yang menggembirakan saat bersama beliau. Keakraban dan kebersamaannya tak terlupakan. cara bercandanya tidak banyak tapi mengesankan. Dari kecil anak2nya sudah terbiasa puasa wajib maupun sunah. Apabila ada yang mengeluh lapar, beliau langsung mengajak anaknya naik sepeda atau sepeda motor ke daerah-daerah baru, kami jadi lupa dengan puasa karena pas sampai rumah sudah waktunya berbuka, ibu sudah menyiapkannya. Beliau sangat pandai memberi motivasi secara tidak langsung.

Kami sering diajarkan hal-hal kecil tapi menjadi pengalaman hidup yang tak terlupakan, mengapa harus begini, mengapa harus begitu dan sebagainya beliau sangat rajin menjelaskannya. Kami sering diajarkan dengan tidak sengaja bahwa untuk mendapatkan uang tambahan tidak dengan cara minta cuma-cuma, kami diajari agar terbiasa berusaha. Misalnya mencucikan baju, memijit, puasa, menyapu, menggembala kambing atau kegiatan-kegiatan lain yang kemudian sesekali ada upahnya.

Banyak hal tersebut seringkali secara tidak sadar menjadi pendidikan bagi saya untuk menjadi seorang ayah yang baik itu seperti apa. Sehingga sekalipun banyak ilmu-ilmu baru yang diajarkan dari buku atau pelatihan, tetap saja sosok ayah yang melekat adalah sosok idola, yakni ayah saya tersayang, Pak Sukimun. Saya masih jauh untuk sekedar mencontek pribadi beliau. Semoga kita menjadi ayah yang dikenang oleh anak2 kita sebagaimana saya merasakan seakan tak ada kekurangan di balik sosok ayah saya, sekalipun saya sadar beliau tidak seideal Rasulullah SAW. (Jul)

Tidak ada komentar: