A. Potret Desa
Pegayaman
Desa Pegayaman berada
pada keringgian antara 450 sampai 1.200 meter dari permukaan laut dengan
kemiringan tanah 33% dan dengan curah hujan normal. luas wilayah desa yang
dalam bahasa daerah bali disebut dengan “palemahan desa” seluas 15.84 km2 atau
1.584 ha dengan penduduk pada tahun 2001 sebanyak 1.115 kk yang berbatasan
dengan penyanding-penyanding sebagai berikut :
1. di sebelah utara :
desa pegadungan (daerah padang bulia)
2. di sebelah timur :
desa silangjana
3. di sebelah selatan :
desa pancasari
4. di sebelah barat :
desa padang bulia dan desa gitgit
Desa Pegayaman dalam
tertib wilayah administrasi dibagi empat :
1. dusun atau banjar
barat jalan atau dauh mardi yang berpenduduk 100% beragama islam dengan jumlah
penduduk sebanyak -+ 300 kk
2. dusun atau banjar
timur jalan atau dangin margi yang berpenduduk 100% beragama islam dengan
jumlah penduduk -+ 250 kk (kedua dusun tersebut itulah yang dikenal dan disebut
Desa Pegayaman yang rumah penduduknya rapat ala kota)
3. dusun atau banjar
kubu madya yang berpenduduk 95% beragama islam dengan jumlah penduduk -+ 400 kk
dan sisanya 5% beragama hindu
4. dusun atau
banjaramerta sari yang berpenduduk 90% beragama hindu dengan jumlah penduduk -+
165 kk dan sisanya 10% beragama islam.
(kedua dusun tersebut
diatas dinamakan palemahan Desa Pegayaman yang rumah dan penduduknya terpencar
dan tidak dalam satu komplek perkampungan)
B. Asal Usul Nama Dan
Leluhur Pegayaman
Pegayaman mungkin
berasal dari kata gayam yang di bali disebut gatep. pohon gatep adalah sejenis
tanaman keras yang buahnya dapat dan enak dimakan, versi ke dua sangat
dimungkinkan kalau pegayaman berasal dari kata gayaman yaitu nama senjata keris
yang populer waktu kerajaan mataram di jawa dibawah kekuasaan raja paku bowono
1 karena leluhur masyarakat Desa Pegayaman yang pertama berasal dari mataram.
Mengenai data
kesejarahan leluhur Desa Pegayaman dapat dibaca pada buku sejarah keberadaan
ummat islam di bali yang disunting oleh prof.dr. shaleh saidi dan drs. yahya
ansori yang diterbitkan oleh mui bai dan atau versi babad buleleng yang
tersimpan di gedung kertya singaraja. penulis juga pernah membaca karya tulis
anak agung panji tisna seorang pujangga asal singaraja yang mengatakan kalau
leluhur masyarakat Desa Pegayaman dikenal dengan sebutan pedaleman solo yang
oleh penduduk bali waktu itu, dipanggil dengan sebutan nyama selam. sedangkan
didaerah asal mereka bergelar senopati ing alogo sayidin petonogomo. catatan
sejarah yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1478 kerajaan
majapahit jatuh dan disusul dengan berdirinya kerajaan-kerajaan islam yang
berpusat di demak dan mataram. wktu itu di bali masih berdiri kerajaan gelgel
(kelungkung) yang masa keemasan gelgel terjadi pada waktu diperintah oleh dalem
waturenggong dengan wilayah kekuasaannya meliputi bali, lombok dan sumbawa.
pada waktu kekuasaan dalem waturenggong ini pula telah pernah datang utusan
dari mekkah yang sangat mungkin berasal dari demak atau mataram . dalem
waturenggong bekuasa tahun 1460-1550 dan pada masa kekuasaannya juga dang hyang
nirartha memperkuat hinduisme di bali. bali waktu itu mengalami masa bergolak.
2. Tahun 1580-1665
gelgel diperintah oleh dalem sagening. pada masa dalem sagening berkuasa sering
terjadi perang perebutan kekuasaan dengan raja-raja lainnya seperti kerajaan
mataram dalam merebut belambangan (banyuwangi) dan dengan kerajaan goa di
selawesi dalam merebut lombok dan sumbawa. perang perebutan wilayah pun menjadi
melemah setelah kekuasaan gelgel di bali dipegang oleh dalem di made sesudah
tahun 1630. i gusti ngurah panji telah diperintah oleh dalem sagening
(ayahandanya) yang menguasai seluruh bali, untuk memerintah di bali utara atau
buleleng untuk memperkuat daerah kekuasaannya agar tidak diserang pihak luar,
maka pada tahun 1584 baginda membentuk pasukan teruna goak yang memperpolitik
seni permainan burung gagak-gagakan yang disebut megoak-goakan di desa panji
yang masuk wilayah kecamatan sukasada sebagaimana halnya Desa Pegayaman.
3. Tahun 1587 i gusti
ngurah panji (raja buleleng) bersama putra baginda yang diiringi oleh pasukan
truna goak yang berintikan 2000 orang berangkat perang ke belambangan yang pada
waktu itu belambangan dipinpin oleh putra santa guna sebagai senopati mataram.
santa guna mengundurkan diri dari pemerintahan belmbangan kemudian pergi
bertapa. terjadilah pertempuran hebat yang dimenagnkan oleh i gusti ngurah
panji. peperangan ini adalah ekspedisi kedua setelah pertama kalah dan meminta
korban matinya putra i gusti ngurah panji yang bernama i gusti ngurah made.
berita kemenangan i gusti ngurah panji ini tersebar luas hingga terdengar oleh
dalem solo.
4. Untuk menghindari
peperangan lebih lanjut maka terjadilah gencatan senjata antara kerajaan
buleleng dengan kerajaan mataram yang intinya tidak akan saling menyerang antar
kedua kerajaan ini. selanjutnya dalem solo menghadiahkan seekor gajah untuk
kendaraan i gusti ngurah panji yang diantarkan oleh tiga orang utusan yang
ketiganya itu sudah beragama islam. ada juga versi lain menyebutkan kalau
diantara yang mengantarkan gajah itu masih terdapat mereka yang beragama hindu.
itulah awal islam masuk di buleleng yang dalam babad buleleng disebut sebagai
“si tindih” yang berarti sang pembela.
Mereka yang beragama
islam dari jawa itu yang sekaligus sebagai pawang gajah kemudian ditempatkan di
banjar jawa singaraja sekarang. di sekitaran banjar jawa singaraja terdapat
banjar petak sebagai petak (kandang) gajah dan di dekatnya terdapat nama banjar
peguyangan (tempat gajah dimandikan) peguyang bahasa bali yang artinya
merebahkan diri di air yang berlumpur). salah seorang dari tiga orang sebagai
pawang gajah itu menetap di lingga (di dekat muara sungai mala) banyumala
singaraja yang dikenal dengan sebutan pantai lingga yang berasal dari kata prbu
lingga atau probolinggo (jatim) asal si pawang. jadi agama islam pertama kali
masuk di buleleng bali pada akhir abad ke xv.
C. Berdirinya Desa
Pegayaman
Setelah pendatang
muslim asal atau utusan dari mataram menetap di banjar jawa singaraja dapat di
simpulkan bahwa kedatangan mereka membawa misi damai yang tidak unsure
permusuhan apalagi gejala perang. merekapun menjadi menetap dan berkembang
dengan jalinan hubungan timbal balik ke pihak penguasa kerajaan.
Selanjutnya dalam satu
kesempatan sang raja mengadakan inspeksi lapangan di malam hari, baginda
melihat adanya cahaya atau sinar di dahi si pawing gajah yang berlanjut kepada
kekhawatiran baginda tidakkah para pendatang itu keenakan, kemudian mengadakan
“perebutan kekuasaan”. begitulah yang tumbuh dan berkembang pada banak beliau
raja dan tumbuhlah ide dari raja untuk mengadakan musyawarah bersama para
pendatang itu. raja menawarkan kepada pihak pendatang untuk suka pindah tempat
kea rah selatan sekaligus menjadi tenaga tameng dalam menangkal serangan musuh
dari arah selatan. apabila tawaran raja disetujui dan diterima, maka pihak raja
memberikan kebebasan mengambil areal atau wilayah palemahan semaunya berapapun
luasnya. dilain pihak dengan tawaran yang diberikan oleh pihak raja itu di
prediksi akan ditolak mengingat daerah yang akan ditempati pendatang terkenal
“angker” sebagai bentuk mengusir secara halus mengingat hubungan yang semula
secara baik-baik. dipihak pendatang menyambut tawaran pihak kerajaan dengan
rasa suka cita karena mereka adalah para penyamar dari orang kalangan berdarah
biru. dibabadlah alas yang di apit dua perbukitan dan dua buah tukad atau
sungai besar yang airnya sekarang ini dapat mengairi -+ sepertiga sawah di
kabupaten buleleng timur. itulah awal mula berdirinya Desa Pegayaman sekitar
tahun 1639. apabila diamati tata letak permukiman peduduk Desa Pegayaman
(banjar dauh margi dan dangin margi) yang banyak ada perempatan jalan dan yang
membedakannya dengan desa desa sekitarnya bahwa para pendiri Desa Pegayaman
mempersiapkan untuk mempersiapkan untuk mendirikan kerajaan baru.
Pendiri Desa Pegayaman
berbaur dengan penduduk adsli bali antara lain melalui jalur perkawinan.
pergaulanpun terjalin melalui proses akulturasi budaya. setelah masyarakat Desa
Pegayaman berkembang didirikanlah apa yang menjadi kebutuhan dan tuntutan
seperti adanya kuburan dan masjid. beberapa puluh tahun kemudian datanglah
orang dari suku bugis yang berbaur sehingga leluhur orang-orang pegayaman
sekarang ini poros leluhur mereka adalah jawa-bali-bugis. mengenai suku bugis
khususnya mereka yang ada dan menetap didesa pegyaman,berasal dari ekspedisi
raja hasanudin (sulawesi) yang akan menuju jawa atau madura di bawah pinpinan
kraeng galessong kandas perahunya di kabupaten buleleng. karena beberapa
pertimbangan antara lain kesamaan agama, maka mereka yang terdampar di pantai
buleleng di tempatkan di pegayaman. ini dikutip dari tulisan Buya Hamka.
Ada juga analisis yang
mengatakan karena orang-orang pegayaman kesaktiannya sulit ditandingi dan
sebagai cara menurunkan kadar darah birunya hanya melalui percampuran darah.
dikembangkanlah politik divede eteumpera penjajah belanda setelah mengetahui
orang suku bugis yang baru dating adalah juga berdarah biru. percampuran darah
memang memerlukan penyesuaian barulah diterima. secara lahiriyahnya orang-orang
pegayaman penampilan mereka tampak seperti temperamental. disinilah menurut
hemat penulis adanya “kekeliruan” cara pendekatan kepada masyarakat Desa
Pegayaman yang dilakukan oleh berbagai pihak, terutama oleh pihak pemerintah
dan penegak hukum. karena melihat kulitnya saja seperti buah durian yang
berduri, padahal isinya sangat enak sekali. masyarakat Desa Pegayaman harus
didekati secara cultural dengan mengingat latar belakang kesejarahannya.
D. Pegayaman Kota
Santri
Sesungguhnya islam
tidak memisahkan pengetahuan agama dengan pengetahuan umum sehingga dasar
pemahaman yang demikian menjadi mendarah daging karena di indonesia selama ini
dikotomis pendidikan agama dan pendidikan umum telah mapan dan sulit dirubah.
madrasah yang diartikam mengajarkan 50% agama dan 50% umum, hendaknya diartikan
mengajarkan ilmu agama 100% dan umum 100% karena ilmu umum bagian dari ilmu
agama yang tidak harus dipisah-pisahkan antara satu dengan yang lainnya.
Pondok berarti
menampung sementara dan pesantren berarti tempat para santri,sedangkan santri
berarti pelajar yang menuntut ilmu agama islam. tidak ada perbedaan yang
berarti antara sebutan pondok atau psantren karena keduanya merujuk kepada satu
pengertian yang sama.. menurut sejarah berdirinya suatu pondok pesantren
didahului seorang kyai kemudian dating beberapa santri yang ingin menuntut ilmu
dari kyai tadi. secara depinitif pengertian pesantren adalah sebagai “lembaga
pendidikan agama islam” dengan system asrama atau pondok dimana kyai merupakan
figure sentralnya, masjid sebagai kegiatan utamanya. maka kyai, santri dan
masjid, pondok dan pendidikan agama islam adalah unsure terpenting dalam pondok
pesantren. itulah definisi yang disampaikan dan diajarkan oleh pengajar dan
pendidik.
dari uraian diatas
maka tidaklah berlebihan apabila keberadaan perkampungan dengan rumah yang
rapat dan berpenduduk padat yang dalam kamus dikatakan kota kemudian menyebut
dan mengenal Desa Pegayaman sebagai kota santri di pulau bali didaerah
pedalaman yang dikitari oleh desa-desa lain yang mayoritas agama hindu.
E. Adat Istiadat
Masyaradesa Pegayaman
Masyarakat Desa
Pegayaman yang hidup bersama satu komunitas didaerah pedalaman yang setelah
tahun 1970-an baru bisa dijangkau dengan kendaraan bermotor, boleh dikatakan
terisolir dari hiruk pikuk kehidupan dunia luar. masyarakat yang pada umumnya
hidup dari penghasilan pertnian yang berarti sangat ditentukan oleh banyak
sedikitnya hasil panen serta naik turunnya gejolak harga tetap rukun dan guyub
dalam satu kesatuan social. diDesa Pegayaman, menamakan anak sebagaimana
dibalai pada umumnya dengan nama depan wayan, nengah, nyoman dan ketut. bahasa
yang digunakan sehari-hari adalah bahasa daerah bali tingkat madya dengan aksen
atau lagu tersendiri yang berbeda dengan yang lainnya apalagi dengan mereka
yang berada di pesisir , sosiolinguistik yang telah menjadi kajian dan atau
penelitian dari fakultas sastra universitas udayana. terkait dengan penggunaan
bahasa sehar-hari juga perlu diketahui oleh pihak-pihak yang ingin mengenal
adat istiadat masyarakat Desa Pegayaman Desa Pegayaman yaitu dengan variasi
makanan yang dikenal dengan seni kuliner khususnya sebagai kajian atau sajian
pada hari raya. jenis makanan di Desa Pegayaman antara lain nasi gurih, rumbah
jeruk atau trengtengan serta sate gempol (daging rusa yang dicampur dengan
kelapa) yang hanya ada diDesa Pegayaman yang daam penyuguhannya memakai talam
yang ditutupi saab, sebuah tutup tempayan khas bali.
Dalam prosesi
pernikahan berlaku kaedah bahwa “adat berpangku syara’ dan syara’ berpangku
kitab”. pernikahan sebagaimana ketentuan agama islam mempunyai apa yang disebut
rukun nikah, yang tidak boleh tidaksemua unsure harus ada yaitu adanya wali
nikah, calon mempelai (calon suami) dan dua orang saksi serta adanya ijab
qabulpada masyarakat Desa Pegayaman prosesi pernikahan dikemas dalam bentuk
adat bertingkat minimal tiga tinggkatan. pertama – tama keluarga calon suami dating
ke rumah calon istri yang disebut membawa base tampin menanyakan status calon
istri “tidakkah sudah ada yang punya” dengan menunggu jawaban dari pihak
keluarga calon istri atas maksud dan pertanyaan dari calon suami. kemudian
keluarga calon suami dating kembali untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan
pada kedatangannya yang pertma. kalau keluarga calon istri mengatakan bahwa
yang bersangkutan yakni calon istri masih single dan belum ada yang punya
diteruskan dengan menyampaikan salam bahwa “si anu” ada kemauan meminangnya
untuk dijadikan sebagai pendamping alias menjadi istrinya. pihak keluarga calon
istri pun kembali meminta tempo akan menanyakan keada “si ani” apakah dirinya
mau atau tidak menerima pinangan tersebut. pihak keluarga calon suami akan dating
lagi untuk ketiga kalinya yang apabila telah acc selanjutnya kedua belah pihak
menentukan hari pinangan terakhir yang disebut ”nyangkreb”. nyangkreb sebagai
pinangan terakhir membahas tiga materi bahasan dengan menghadirkan keluarga
dekat kedua belah pihak dan tetanggga serta mereka yang diDesa Pegayaman di
sebut penggelingsir.
Prosesi sebelum
perkawinan disebutkan diatas dibolehkan disingkat dengan menggabungkan yang
pertama dan yang ke dua. yang dating menemui pihak keluarga calon istri dan dan
yang menerima dari pihak calon istri harus orang tuanya, apabila tidak, maka
harus dari keluarga yang ada garis laki-laki yang di Desa Pegayaman di sebut
dengan kodagan. pada waktu acara nyangkreb dari pihak calon suami membawa
antaran berupa jajan khas bali seperti jajan celorot dan jajan bantal
secukupnya memperhatikan banyaknya undangan oleh pihak keluarga calon istri.
sedangkan dari keluarga calon suami jumlahnya tidaklah terlalu banyak, namun
apabila banyak, maka hanya ikut bersila yakni duduk dalam forum resmi.
Materi yang
dimusyawarahkan dalam acara nyangkreb ada tiga yaitu mengenal pasangan calon
suami istri (ta’arruf) dan menyamakan pendapat mengenai mahar, antaran dan hari
pelaksana akad nikah sesrta dari pihak calon suami meminta kesediaan memberikan
perwalian (tafahhum). yang menjadi urusan kelengkapan administrasi dibicarakan
besama dibawah yang berarti tidak pada waktu nyangkreb. mateeri terakhir
dimaksudkan dengan nyangkreb itu adalah adanya tanggung jawab bersama
(takaful). setelah akad nikah akan diteruskan dengan acara ziarah pengantin
kepada keluarga pengantin perempuan yang disebut ngunya (mohon maaf dan
pernasihatan sambil mengenal keluarga dengan keluarga pengantin perempuan) yang
di bali disebut “bebas”dengan membawa jajan clorot dan bantal barulah proses
perkawinan dikatakan rampung. pakaian sehari-hari masyarakat Desa Pegayaman
memakai sarung dan kopyah bagi kaum laki-laki dan berkerudung bagi kaum
perempuan dengan berkebaya.
Masjid merupakan pusat
seegala kegiatan keagamaan dan adat. kegiatan mengajar dan belajar al-qur’an,
kitab-kitab pengetahuan agama islam yang berbahasa arab dan bahasa melayu
berlangsung setiap hari siang dan malam. dalam menyambut dan memperingati
hari-hari besar islam atau hari raya dikemas dalam adat istiadat kecuali yang
“memang sudah dikaifiatkan oleh aturan islam” seperti eidul fitri dan eidul
adha. masyarakat Desa Pegayaman mempunyai tradisi tersendiri dalam menyambut
dan memperingati isra’ mi’raj nabi besar muhammad saw. dalam peringatan isra’
mi’raj setiap tangga 27 rajab yang dipusatkan di masjid dimulai pukul 22.00 dan
berakhir menjelang waktu subuh dengan membaca kitab kuning dardir. dalam
peringantan mauled yang klimaksnya tanggal 12 rabiul awal diperingati dalam
“paket pecan peringatan” yang dimualai sejak tanggal 8 rabiul awal yang dikenal
dengan sebutan muludan tangal akutus. dimotori oleh sekeha zikir atau gruf
zikir yang membawakan risalah rasul dengan membawakan syair lagu mirip mekidung
(orang bali hindu). kemudian dilanjutkan dengan hari penapean, hari penyajaan,
hari penampahan, hari muludan base dan hari mauled taluh kemudian diakhiri
dengan manis muludan yaitu beberapa hari setelah maulid.
Pada malam 12 rabiul
awal yang disebut muludan base diadakan masak memasak dirumah penghulu yang
memotong hewan sapi yang secara urunan. Malam harinya diiringi pentas seni dari
sekeha burdah dengan menggunakan rebana besar dan anggotanya berpakaian ala
orang hindu yaitu memakai udeng dan lancingan dan mendendangkan syair kisah
rasul juga lagunya mekidung.
Pada hari 13 rabiul
awal yang disebut muludan taluh diadakan pawai karnaval yang disebut ta’arruf
dengan barisan semua kekuatan potensi yang ada di Desa Pegayaman mulai anak
murid sekolah, sekehadrah,sokok yang di dahului barisan para pengelingsir.
Sejak pagi harinya sekeha hadrah mengarak sokok dengan berbagai atraksi baris
berbaris dan tarian angguk yang dituntun dengan resepsi yang diisi rangkaian
hikmah mauled dan hiburan terutama pencak silat serta pembagian telur.semuanya
dilaksanakan serempak dan integral yang mengikuti kaedah “bahwa memelihara
nilai-nilai yang lama yang baik dan mengambil nilai-nilai yang baru yang lebih
baik”.
“INNAMAL MAR’U
HADIITSUN BA’DAHU FAKUN HADIETSAN HASANAN LIMAN WA’A” (setiap orang adalah
pelaku sejarah maka jadilah pelaku sejarah yang lebih baik untuk generasi
pewaris masa depan)
Sumber: Tulisan Alm.
Bp H. Raji Jayadi
http://royteguhmusa.wordpress.com/2012/12/13/sejarah-desa-pegayaman/
1 komentar:
pak saya mahasiswa pascasarjana ugm yogyakarta pak
pak apakah ada buku resmi terkait profil desa pegayaman, saya berencana akan melakasanakan penelitian disana. dan saya membutuhkan profil lengkap tentang desa tersebut.
Posting Komentar