Senin, 07 September 2015

Jaman Pleistosen

Jaman Pleistosen berlangsung sekitar 600.000  tahun lalu. Kondisi Alam Pada Jaman Pleistosen. Pada tahun 1839, charles lyell memberikan nama pleistosen untuk jaman geologi yang mengikuti jaman pliosen. Jaman ini dimulai dari awal kuarter hingga kira-kira 11.000 tahun yang lalu. Jaman pleitosen didefinisikan dengan dasar bahwa lapisan sedimen mengandung90% hingga 100% dari fauna yang masih hidup.Gunung tengah atlantik masih terus mekar dengan kecepatan 2 cm pertahun pada jama ini. Karena pendeknya waktu pleistosen, tektonik yang terjadi belum banyak merubah morfologi dan struktur bumi. Keadaan alam masih labil karena silih bergantinya 2 zaman, Zaman Glasial dan Zaman Interglasial.

Zaman Glasial
Zaman Glasial adalah meluasnya lapisan es kutub utara sehingga eropa dan Amerika bagian utara tertutup es. Hal ini mengakibatkan munculnya Dataran Sunda dan Dataran Dahul di Indonesia. Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Malysia Barat bergabung menjadi satu dengan Benua Asia.

Zaman Interglasial
Zaman Interglasial adalah zaman mencairnya lapisan es di kutub utara. Pada Zaman ini, temperature meningkat sehingga permukaan air laut naik dan terjadi banjir yang menyebabkan daratan terpisah-pisah.

Pada zaman pleistosen, terjadi perpindahan manusia purba dari wilayah Asia ke Indonesia. Zaman PListosen dapat dibagi menjadi 3 yaitu : Pleistosen Awal, Pleistosen Tengah, dan Pleistosen Akhir. 

1.        Pleistosen Awal
Zaman ini juga dikenal sebagai Pleistosen Bawah (Lapisan dan Fauna Jetis). Pleistosen Bawah ialah subdivisi awal atau terendah dari periode Kwarter. Di lapisan inilah Meganthropus Palaeojavanicus, Pithecanthropus Modjokertensis dan Robustus ditemukan. Pleistosen Awal terdiri dari tahap Gelasius dan Calabria.

2.        Pleistosen Tengah
Zaman ini juga dikenal sebagai Lapisan atau Fauna Trinil. Pleistosen Tengah secara lebih khusus disebut sebagai tahap Ionia. Zaman Pleistosen Tengah ialah subdivisi peralihan dari Lapisan / Fauna Jetis ke Lapisan Ngandong pada periode Kwarter.Di lapisan inilah Pithecanthropus Erectus ditemukan. Para ilmuan menghubungkan makhluk ini sebagai missing link, atau makhluk peralihan dari kera ke manusia. 

3.       Pleistosen Akhir
Zaman ini juga dikenal sebagai Pleistosen Atas ( Lapisan atau Fauna Ngandong ). Secara lebih mengkhusus, Pleistosen Akhir ini disebut sebagai tahap Tarantian). Dilapisan ini Homo Sapiens, seperti : Homo Soloensis dan Homo Wajakensis hidup, tumbuh dan berkembang.
Zaman ini merupakan subdivisi akhir atau teratas dari periode Kwarter.Pada zaman ini, banyak hewan-hewan besar yang mengalami kepunahan. Demikianlah tahap akhir dari periode Kwarter. Selanjutnya Tahap ini diikuti oleh Tahap Holosen atau Zaman Alluvium.


Jenis-jenis manusia :
Lapisan
Jenis Manusia Purba
Pleistosin bawah (Lapisan fauna Jetis)
Pithecantropus Mojokertensis
Meganthropus Palaeojavanicus
Pleistosin tengah (Lapisan fauna Trinil)
Pithecantropus Erectus
Pleistosin awal/atas (Lapisan fauna Ngandong)
Pithecantropus Soloensis
Homo Wajakensis









PITHECANTHROPUS MOJOKERTENSIS

Manusia purba ini ditemukan pertama kali oleh Von Koenigswald pada tahun 1936 di daerah lembah kali Solo. Koenigswald menemukan fosil tengkorak kanak-kanak di dekat Mojokerto. Terutama dari tempat – tempat giginya dapat diperkirakan bahwa fosil itu umurnya belum melewati 5 tahun, dan merupakan tengkorak dari anak Pithecanthropus. Diperkirakan manusia purba ini hidup di zaman Pleistosen bawah.

MEGANTHROPUS PALEOJAVANICUS

Meganthropus Paleojavanicus diperkirakan hidup pada dua juta tahun yang lalu. Ciri-ciri Meganthropus Paleojavanicus adalah sebagai berikut:
  1. Memiliki tulang rahang yang kuat
  2. Tidak memiliki dagu
  3. Menunjukkan ciri-ciri manusia tetapi lebih mendekati kera.
  4. Berbadan besar dan tegap
  
PITHECANTHROPUS ERECTUS

Fosil manusia jenis Pithecanthropus erectus ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahuan 1890 di Trinil, lembah sungai Bengawan Solo berasal dari pleistosen tengah. Ciri-ciri Pithecanthropus erectus :
  •  Tinggi badan sekitar 165 – 180 cm
  • Volume otak berkisar antara 750 – 1350 cc
  • Bentuk tubuh & anggota badan tegap, tetapi tidak setegap meganthropus
  • Alat pengunyah dan alat tengkuk sangat kuat
  • Bentuk graham besar dengan rahang yang sangat kuat
  • Bentuk tonjolan kening tebal melintang di dahi dari sisi ke sisi
  • Bentuk hidung tebal
  • Bagian belakang kepala tampak menonjol menyerupai wanita berkonde
  • Muka menonjol ke depan, dahi miring ke belakang

PITHECANTHROPUS SOLOENSIS

Pithecanthropus Soloensis merupakan pithecanthropus yang bertahan hidup sampai akhir pleistosen tengah. Fosisl pertama ditemukan di Ngandong, di tepi sungai Bengawan Solo sekitar tahun 1931-1934. Para peneliti Pithecanthropus Soloensis di antaranya Von Koenigwald, Oppernoorth, dan Ter Haar

HOMO WAJAKENSIS
Fosil ini pertama kali ditemukan di daerah Campurdarat (Wajak), Tulung Agung (Jawa Timur) oleh Van Rietschoten pada tahun 1889. Fosil ini merupakan fosil manusia pertama yang dilaporkan dari Indonesia. Temuan ini diselidiki pertama kali oleh Eugene Dubois. Ia menyimpulkan bahwa kerangka yang ditelitinya termasuk dalam bangsa Austroloid, bernenek moyang Homo Soloensis dan nantinya menurun langsung bangsa-bangsa asli di Australia itu. Tetapi berdasarkan penyelidikan yang dilakukan oleh Koenigswald, fosil ini termasuk dalam Homo Sapiens, dan berasal dari lapisan Pleistosen atas.

sumber: http://nadyagratia.blogspot.com/

Tidak ada komentar: